BAB VI
MERENCANAKAN PADA SITUASI PENUH KEPASTIAN
PENGANTAR
Situasi yang akan
datang itu penuh ketidakpastian dan resiko. Namun demi penyederhanaan
pembicaraan serta memudahkan penghayatan proses perencanaan. Dengan demikian
tidakkah peru dilakukan perhitungan estimasi atau nilai harapan hasil yang akan
diperoleh. Hal seperti ini dikenal dengan sebutan situasi deterministic atau
dapat ditetapkan sebelumnya.
Berbagai
teknik ilmiah yang tercakup dalam liputan ilmu pengetahuan manajemen
(management science, MS dan operations research, OR) dapat membantu manajemen
melakukan perencanaan-perencanaa.
TEKNIK ILMIAH YANG MEMBANTU
Perencanaa
itu meliputi perencanaan aspek pemasaran, produksi, personalia, dan keuangan.
Perencanan aspek pemasaraan dapat memanfaatkan teknik peramalan usaha untuk
estimasi penjuaan masa yang akan datang. Untuk menentukan besarnya produksi
berbagai jenis produk. Jumlah bahan mentah untuk kelancaraan proses produksi
dapat memanfaatkan model-model persediaan, yaitu model-model jumlah pesanan
ekonomis.
Dengan
adanya komputa pribadi (personala computer, PC) perencanaan dipermudah karena
tersedianya paket program yang bertalian teknik ilmiah yang dikemukakan.
BERBAGAI CONTOH PEMANFAATAN TEKNIK ILMIAH
Teknik
peramalan usaha. Perusahaan XYZ memiliki data seperti Taebl 6.1. juga diketahui
hubungan antara penjualan dengan iklan diwaktu yang akan datang denngan melihat
hubungan yang telah ada antara kedua variable tesebut.
Table
6.1. hubungan antara penjualan dengan iklan.
Penjualan (Y)
(jutaan Rp)
15
20
14
16
25
20
20
23
14
22
18
18
|
Iklan (X)
(ribuan Rp)
9
19
11
14
23
12
12
22
7
13
15
17
|
XY
135
380
154
224
575
240
240
506
98
286
270
306
|
X2
81
361
121
196
529
144
144
484
49
169
225
289
|
Y2
225
400
196
256
625
400
400
529
196
484
324
324
|
Jadi
Y = a + b X
= Rp. 10,5831 + Rp. 0.5632X
Bila direncanakan biaya
Rp. 10 untuk iklan pada tahun berikutnya, maka penjualan akan sebesar:
Y = Rp. 10,5831 + Rp.
0,5632 (10)
= Rp. 16,2151 atau Rp. 16,2 juta
Teknik programasi
linear. Perusahaan XYZ diatas memproduksi dua produk A dan B. kedua produk
diproses pada bagaian perakitan dan penyelesaian. Data untuk kedua produk
tersebut tertera pada Tabel 6.2. masalah: berapa A dan B diproduksi agar
keuntungan maksimum?
Tabel
6.2 data untuk produk A dan B
Proses
|
Produk
|
Jam tersedian
|
|
A
|
B
|
||
Perakitan
|
2
|
4
|
100
|
Penyelesaian
|
3
|
2
|
90
|
Sumbangan pada
|
|||
Keuntungan SK / satuan
|
Rp. 25
|
Rp. 40
|
Penyelesaian dengan program linear:
Maksimum SK = Rp. 25 A + Rp. 40 B
Dibatasi oleh
Proses perakitan
2A + 4B ≤ 100
Proses penyelesaian 3A + 2B ≤ 90
A,
B ≥ 0
Selanjutnya
2A
+ 4B = 100 3A
+ 2B = 90
Bila A =
0; B = 25 Bila A = 0; B = 45
Bila B =
0; A = 50 Bila
B = 0; A = 30
Titik B diperoleh dengan
2A
+ 4B = 100
3A
+ 2B = 90
2A
+ 4B = 100
6A + 4B =
180
-4B = -80
A
= 20
40
+ 4B = 100
4B
= 60
B
=
15
Yang layak adalah hanya titi-titik.
a (0B,
30A) c (25B,
0A)
b
(15B, 201) d
(0B, 0A) tak akan dipilih
Yang bila dimasukan pada 25A + 40B.
Kombinasi c 25(30) + 40(0) =
Rp.750
a
25(20) + 40(15) = Rp.1100
c
25(0) + 40(25) = Rp.1000
ternyata kombinasi b yang dipilih,
yaitu berproduksi B 15 dan A 20 lah yang memiliki keuntungan maksimum
Analisis impas atau “Break Even”.
Jadi
bila biaya tetap Rp.1000.000,- penjualan Rp.10.000.000,- dan biaya variabel
Rp.2.000.000,- maka.
BErp =
=
Rp.1.250.000
Rp.10.000.000
Apabila
harga barang diketahui Rp.100.00/unit dan biaya variabel Rp.20.00/unit, maka.
BEest =
= Rp.12.500 unit
Bila penjualan Rp.1.250.000 atau
12.500 unit akan menguntungkan. Diketahui penjualan Rp.10.000 jadi untung
dihindari jangan sampai penjualan dibawah Rp.1.250.000 atau 12.500 unit karena
merugikan.
Jumlah pesanan ekonomis. Dipakai
untuk merencanakan jumlah bahan mentah yang harus dipesan sehingga biaya
persediaan minimum. Rumus:
Misalkan perusahaan XYZ membeli
bahan dengan harga Rp.4.000/per satuan dari leveransi. Diperlukan sebanyak
6.400 satuan selama setahun. Biaya modal sekitar Rp.16%, sedangkan sewa,
asuransi dan pajak setiap satuan Rp.160. biaya pesan Rp.10.000. Biaya simpan
tiap satuan Rp.160 + 16% (Rp.4.000) = Rp.800.000
Jadi
biaya persediaan total
= Rp.800.000 (
) + Rp.10.000.000 (
)
= Rp.160.000 + Rp.160.000
= Rp.320.000,-
Atau
dengan rumus biaya persediaan total:
Diperoleh
Rp.320.000 pula (yang minimum). Banyaknya pesanan optimal:
adalah 16 kali.
Titik
pesan kembali tergantung pada “lead time”, misalnya 1 minggu. Jadi ada 50
minggu dalam setahun sehingga titik pesan kembali adalah
1
minggu X
= 128 satuan.
Jadi
bila tingkat persediaan menurun sampai 128 satuan perlu dilakukan pemesanan
lagi. Semua ini masuk dalam rencana perusahaan.
Kurve pengalaman. Apabila suatu
tugas dilakukan berulang kali maka dengan berlanjutnya proses, waktu yang
diperlukan untuk pengerjaan satu satuan barang makin berkurang. Bila tingkat
pengurangan itu 20%, maka terdapat kurve pengalaman 80%. Tabel 6.3
menggambarkan hubungan yang ada pada kurve pengalaman 80% itu. Dengan
bertambahnya secara ganda jumlah produksi, waktu rata-rata yang diperlukan
untuk setiap unit berkurang dengan 20% dari waktu sebelumnya.
Tabel 6.3 kurve
pengalaman 80%
Jumlah
(dalam satuan)
|
Waktu
(dalam jam )
|
||
Tiap kelompok
Barang
|
Kumulatif
|
Kumulatif
Total
|
Waktu rata-rata
Tiap unit
|
15
|
15
|
600
|
40
|
15
|
30
|
960
|
32 = (40) (0.80)
|
20
|
60
|
1.536
|
25.6 = (32) (0.80)
|
60
|
120
|
2.460
|
25.5 = (25.6) (0.80)
|
Perusahaan XYZ memproduksi produk
bergantung pada kurve pengalaman 80%. Perusahaan tersebut baru saja memproduksi
50 unit dengan 100 jam tiap unit. Biaya dalam ribuan sbb:
Bahan @ Rp. 8.00 Rp. 1.000.00
Biaya tenaga kerja
Langsung 100 jam @ Rp. 8.00 Rp.
800.00
Beban
100 jam @ Rp. 2.00 Rp. 200.00
Rp. 2.000.00
Perusahaan baru menerima kontrak
lagi sebesar 50 unit. Manajemen menginginkan “mark up” 50%.
Jumlah waktu total (dalam jam) waktu rata-rata (tiap unit)
50 unit 100 2
jam
100 unit 160 1.6
(80% x 2 jam)
50
unit yang baru memerlukan 60 jam saja. Jadi :
Bahan @ Rp. 20.00 Rp.
1.000.00
Tenaga kerja
Langsung 60 jam @ Rp.
8.00 Rp. 480.00
Beban
60 jam @ Rp. 2.00 Rp. 120.00
Rp.
1.600.00
“mark up”
50% Rp. 800.00
Harga kontrak Rp.
2.400.00
Kalau kurve tidak memperhatikan
harga kontrak adalah Rp. 2.000.00 + mark up 50% (Rp. 2.000.00) adalah Rp. 3.000.00.
Mungkin perusahaan akan dikalahkan pesaing. Padalah Rp. 2.400.00 termasuk “mark
up”.
Teknik alokasi atau pembebanan
tugas. Kita akan meminimumkan waktu kerja sehingga diusahakan adanya alokasi
karyawan.
Tabel 6.4 waktu
karyawan tertentu mengerjakan tugas tertentu
Waktu, menit
Karyawan
|
|||||
I
|
II
|
III
|
IV
|
||
Tugas
|
A
|
70
|
50
|
50
|
60
|
B
|
30
|
30
|
90
|
110
|
|
C
|
30
|
10
|
20
|
60
|
|
D
|
50
|
20
|
70
|
60
|
Tahap
(1) untuk setiap baris kurangkan angka terkecil dari nilai seluruh baris.
I
|
II
|
III
|
IV
|
|
A
|
20
|
0
|
0
|
10
|
B
|
0
|
0
|
60
|
80
|
C
|
20
|
0
|
10
|
50
|
D
|
30
|
0
|
50
|
40
|
Tahap (2) kurangkan angka terkeci
pada kolom yg belum ada nilai 0.
I
|
II
|
III
|
IV
|
|
A
|
20
|
0
|
0
|
0
|
B
|
0
|
0
|
60
|
710
|
C
|
20
|
0
|
10
|
40
|
D
|
30
|
0
|
50
|
30
|
a.
berupa alokasi untuk setiap baris, dengan menghilangkan nilai 0 pada kolom
sama.
b.
ulangi untuk setiap kolom hingga setiap tugas dialokasikan pada karyawan.
I
|
II
|
III
|
IV
|
|
A
|
||||
B
|
||||
C
|
20
|
10
|
40
|
|
D
|
30
|
50
|
30
|
Minimum baris 4, jadi belum ada penyelesaian
optimal.
Tahap (4) minimum niali 4 makan
perlu nilai 0 dengan mengidentifikasi angka yang belum diberi garis, dan nilai
yang belum diberi garis ditambahkan pada nilai perpotongan garis.
I
|
II
|
III
|
IV
|
|||
|
||||||
B
|
||||||
C
|
||||||
D
|
20
|
40
|
20
|
Disini banyaknya garis = 4,
penyelesaiannya optimal.
Jadi tugas A dialokasikan pada IV 60
menit
B
dialokasikan pada I 30
menit
C
dialokasikan pada III 20 menit
D
dialokasikan pada II 20 menit
Total
130 menit (minimum).
Teknik
anggaran itu bermacam-macam. Ada anggaran penjualan, produksi, bahan, tenaga
kerja, beban tetap, aktiva tetap, laba, dll.
Perusahaan
XXYZ berminat untuk mengganti mesin-mesinnya. Biaya yang dihemat pada aliran
kas masuk selama 6 tahun, yaitu:
Tahun
Aliran kas masuk
1 Rp. 10.000.000.00
2 Rp. 20.000.000.00
3 Rp. 30.000.000.00
4 Rp. 30.000.000.00
5 Rp. 40.000.000.00
6 Rp. 50.000.000.00
Aliran kas awal terdiri dari
Harga
beli mesin baru Rp. 86.000.000.00
Biaya
pemasangan Rp. 3.000.000.00
Harga jua mesin lama Rp. 1.000.000.00
Investasi
awal Rp.
90.000.000.00
BAB VII
MERENCANAKAN PADA SITUASI PENUH
RESIKO DAN KETIDAKPASTIAAN.
PENGANTAR
Perencanaan
pada situasi penuh resiko bertalian dengan kebutuhan informasi yang
memungkinkan kita menyediakan probabilitas untuk berbagai kemungkinan situasi.
Informasi ini berupa catatan masa lalu atau intuisi subyektif para pengambil
keputusan.
KRITERIA KEPUTUSAN PADA SITUASI
PENUH RESIKO
Kriteria
pengambilan keputusan pada situasi penuh resiko (dengan probabilitas diketahui)
itu sebenarnya terdiri atas:
1. cakrawala rencana dibatasi (n =
40 dijadikan n = 20 saja)
2. analisis kepekaan (n = 5 saja, n
= 20 terlalu jauh)
3. penilaian sekarang
4. nilai harapan
5. setara kepastian
6. guna yang diharapkan
7. kriteria rasionalitas (bila
informasi tak cukup probabilitas kejadian sama)
8. kriteria kemungkinan maksimum
(dipilih probabilitas kejadian tertinggi)
Butir
4. Yaitu kriteria nilai harapan. Contoh, seorang pedagang eceran membeli barang
X seharga Rp. 5.000.00 perkotak dan menjualnya dengan harga Rp. 8.000.00
perkotak, pengamatan selama 90 hari memberikan informasi tiap hari.
Tabel 7.1 banyaknya kotak yang terjua selama 90
Penjualan/hari
|
Frekuensi hari
barang terjual
|
Probabilitas
|
10
|
18
|
0.20 (=
)
|
11
|
36
|
0.40 (=
)
|
12
|
27
|
0.30 (=
)
|
13
|
9
|
0.10 (=
)
|
90
|
1.00
|
Bila diambil keputusan mengadakan
persediaan dalam jumah-jumlah tertentu untuk melayani kemungkinana penjualan
tertentu.
Tabel 7.2 keuntungan kondisional
Kemungkinana
penjualan (kotak)
|
Pengadaan persediaan
|
|||
10 kotak
|
11 kotak
|
12 kotak
|
13 kotak
|
|
10
|
10 x Rp. 8.000.00 – 10 x Rp. 3.000.00 = Rp. 50.000.00
|
10 x Rp. 8.000.00 – 11 x Rp. 3.000.00 = Rp. 47.000.00
|
10 x Rp. 8.000.00 - 12 x Rp. 3.000.00 = Rp. 44.000.00
|
10 x Rp. 8.000.00 – 13 x Rp. 3.000.00 = Rp. 41.000.00
|
11
|
10 x Rp. 8.000.00 – 10 x Rp. 3.000.00 = Rp. 50.000.00
|
11 x Rp. 8.000.00 -11 x Rp. 3.000.00 = Rp. 55.000.00
|
11 x Rp. 8.000.00 – 12 x Rp. 52.000.00
|
11 x Rp. 8.000.00 – 13 x Rp. 3.000.00 = Rp 49.000.00
|
12
|
10 x Rp. 8.000.00 – 10 x Rp. 8.000.00 = Rp. 50.000.00
|
Rp. 55.000.00**)
|
12 x Rp. 8.000.00 – 12 x Rp. 3.000.00 = Rp. 60.000.00
|
12 x Rp. 8.000.00 – 13 x Rp. 3.000.00 = Rp. 57.000.00
|
13
|
10 x Rp. 8.000.00 – 10 x Rp. 3.000.00 = Rp. 50.000.00
|
Rp. 55.000.00**)
|
Rp. 60.000.00***)
|
13 x Rp. 8.000.00 – 13 x Rp 3.000.00 = Rp. 65.000.00
|
Catatan :
*) walau 11, 12,13 kotak, pengecer hanya dapat
menjual 10 kotak
**)
walau penjualan 12, 13 kotak, pengencer hanya dapat menjual 11 kotak
***)
walau penjual 13 kotak, pengecer hanya dapat menjual 12 kotak.
Keuntungan
yang diharapkan dengan dihitung, seperti terlihat daam Tabel 7.3a bila
persediaan 10 kotak, Tabel 7.3b bila persediaan 13 kotak. Pengecer lebih baik
mengadakan persediaan sebanyak 12 kotak karena keuntungannya (harapan)
terbesar.
Tabel 7.3a
keuntungan harapan dengan persediaan sebanyak 10 kotak
Penjualan
|
Keuntungan
kondisional
|
probabilitas
|
Keuntungan yang
diharapkan
|
10
|
Rp. 50.000.00
|
X 0.20
|
= Rp. 100.000.00
|
11
|
Rp. 50.000.00
|
X 0.40
|
= Rp. 20.000.00
|
12
|
Rp. 50.000.00
|
X 0.30
|
= Rp. 15.000.00
|
13
|
Rp. 50.000.00
|
X 0.10
|
= Rp. 5.000.00
|
1.00
|
Rp. 50.000.00
|
Tabel 7.3b keuntungan harapandengan persediaan sebanyak 11
kotak
Penjualan
|
Keuntungan
kondisional
|
probabilitas
|
Keuntungan yang
diharapkan
|
10
|
Rp. 47.000.00
|
X 0.20
|
= Rp. 9.400.00
|
11
|
Rp. 55.000.00
|
X 0.40
|
= Rp. 22.000.00
|
12
|
Rp. 55.000.00
|
X 0.30
|
= Rp. 16.500.00
|
13
|
Rp. 55.000.00
|
X 0.10
|
= Rp. 5.500.00
|
Rp. 53.400.00
|
Tabe 7.3c keuntungan harapan dengan persediaan sebanyak 12
kotak
Penjualan
|
Keuntungan
kondisional
|
probabilitas
|
Keuntungan yang
diharapkan
|
10
|
Rp. 44.000.00
|
X 0.20
|
= Rp. 8.800.00
|
11
|
Rp. 52.000.00
|
X 0.40
|
= Rp. 20.800.00
|
12
|
Rp. 60.000.00
|
X 0.30
|
= Rp. 18.000.00
|
13
|
Rp. 60.000.00
|
X 0.10
|
= Rp. 6.000.00
|
Rp. 53.600.00
|
Tabel 7.3d keuntungan harapan dengan persediaan sebanyak 13
kotak
Penjualan
|
Keuntungan
kondisional
|
probabilitas
|
Keuntungan yang
diharapkan
|
10
|
Rp. 41.000.00
|
X 0.20
|
= Rp. 8.800.00
|
11
|
Rp. 49.000.00
|
X 0.40
|
= Rp. 19.600.00
|
12
|
Rp. 57.000.00
|
X 0.30
|
= Rp. 17.100.00
|
13
|
Rp. 65.000.00
|
X 0.10
|
= Rp. 6.500.00
|
Rp. 51.400.00
|
KRITERIA KEPUTUSAN PADA SITUASI
KETIDAKPASTIAN
Dimana
probabilitas kejadian tidak diketahui, dan ditentukan secara
subyektif.mempunyai 5 pedoman, yaitu:
1. Pedoman bayes
2. Pedoman maksimin
3. Pedoman maksimaks
4. Pedoman hurwicz
5. Pedoman penyesalan minimaks
Diketahui
matriks hasil seperti tertera pada Tabe 7.4, dimana terdapat hasil dari
berbagai alternatif, maka dapat diuraikan berbagai pedoman yang dikemukakan.
Tabel 7.4 matriks hasil
Alternatif
|
Hasil
|
||
H1
|
H2
|
H3
|
|
A1
|
Rp. 12.00
|
Rp. 6.00
|
Rp. 24.00
|
A2
|
Rp. 36.00
|
Rp. 12.00
|
Rp. 48.00
|
A3
|
Rp. 3.00
|
Rp. 60.00
|
Rp. 30.00
|
Berdasarkan
pedoman Bayes, tentukan secara subyektif
probabilitas setiap hasil, karena ada 3 alternatif, maka dibagi rata
masing-masing
, sehingga.
E(A1) =
(12) +
(-6) +
(24) = Rp. 10.00
E(A2) =
(36) +
(12) +
(48) = Rp. 32.00
E(A3) =
(-3) +
(60) +
(30) = Rp. 29.00
Alternatif A2 yang
dipilih, karna memberikan hasil Rp. 32.00
Berdasarkan
pedoman maksimin ditentukan hasil yang terburuk dari ketiga alternatif: A1
Rp. 6.00; A2 Rp. 12.00
dan A3 Rp. 3.00. Dipilih alternatif denga hasi minimum tertinggi E
(A2), yaitu Rp. 12.00 akan aternatif A2 . ini disebut
strategi konservatif pesimistik.
Ditentuka
terlebih dahulu hasil maksimum alternatif: A1 Rp. 24.00; A2 Rp.
48.00 dan A3 Rp. 60.00. Kemudian dipilih alternatif maksimum
tertinggi: E (A3) tanpa memungkinkan memperoleh Rp. 3.00. ini
disebut strattegi spekulatif optimistik.
Berdasarkan
pedoman Hurwicz, ditentukan faktor timbangan
=
pada hasil minimum setiap alternatif, dan
=
untuk hasil maksimum.
E(A1) =
(-6) +
(24) = Rp. 14.00
E(A2) =
(12) +
(48) = Rp. 36.00
E(A3) =
(-3) +
(60) = Rp. 39.00
Jelas dipilih alternatif A3 sebagai
strategi yang optimistik.
Dilihat
harga ganti keputusan yang salah. Dari matrtiks asli dibuat matriks
“penyesalan”. Seperti tabel dibawah ini.
Tabel 7.5 matriks “penyesalan”
Matriks Hasil
|
A1
A2
A3
|
||||||
H1
|
H2
|
H3
|
H1
|
H2
|
H3
|
||
A1
|
12
|
-6
|
24
|
24
|
66*
|
24
|
|
A2
|
36
|
12
|
48
|
0
|
48*
|
0
|
|
A3
|
-3
|
60
|
30
|
39*
|
0
|
18
|
Maka
dipilih baris yang mengandung rugi maksimum terkeci dan diberi tanda bintang.
Kemudian dipilih sttrategi meminimumkan rugi maksimum, sehingga alternatif A3
lah yang dipilih dengan rugi.
Tabel 7.6 rekapituasi pemilihan alternatif pada situasi
ketidakpastian
Pedoman
|
Alternatif yang
dipilih
|
1. Bayes
|
A2
|
2. Maksimin
|
A2
|
3. Maksimaks
|
A3
|
4. Hurwicz
|
A3
|
5. Penyesalan
minimaks
|
A3
|
Manajemen
memilih alternatif A3 sebagai strategi menghadapi situasi
ketidakpastiaan ini. Strategi ini kemudian dimasukan dalam rencana yang
dibuatnya.
Sumber Buku : Buku Perencanaan dan Organisasi Perusahaan, Prof. Dr, Sukanto Reksohadiprodjo,M,Com
Sumber Buku : Buku Perencanaan dan Organisasi Perusahaan, Prof. Dr, Sukanto Reksohadiprodjo,M,Com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar