Kamis, 22 Oktober 2015

VI. MERENCANA PADA SITUASI PENUH KEPASTIAN & VII. MERENCANA PADA SITUASI PENUH RESIKO DAN KETIDAKPASTIAN

BAB VI
MERENCANAKAN PADA SITUASI PENUH KEPASTIAN 

PENGANTAR 
Situasi yang akan datang itu penuh ketidakpastian dan resiko. Namun demi penyederhanaan pembicaraan serta memudahkan penghayatan proses perencanaan. Dengan demikian tidakkah peru dilakukan perhitungan estimasi atau nilai harapan hasil yang akan diperoleh. Hal seperti ini dikenal dengan sebutan situasi deterministic atau dapat ditetapkan sebelumnya.
            Berbagai teknik ilmiah yang tercakup dalam liputan ilmu pengetahuan manajemen (management science, MS dan operations research, OR) dapat membantu manajemen melakukan perencanaan-perencanaa. 

TEKNIK ILMIAH YANG MEMBANTU
            Perencanaa itu meliputi perencanaan aspek pemasaran, produksi, personalia, dan keuangan. Perencanan aspek pemasaraan dapat memanfaatkan teknik peramalan usaha untuk estimasi penjuaan masa yang akan datang. Untuk menentukan besarnya produksi berbagai jenis produk. Jumlah bahan mentah untuk kelancaraan proses produksi dapat memanfaatkan model-model persediaan, yaitu model-model jumlah pesanan ekonomis.
            Dengan adanya komputa pribadi (personala computer, PC) perencanaan dipermudah karena tersedianya paket program yang bertalian teknik ilmiah yang dikemukakan.

BERBAGAI CONTOH PEMANFAATAN TEKNIK ILMIAH
            Teknik peramalan usaha. Perusahaan XYZ memiliki data seperti Taebl 6.1. juga diketahui hubungan antara penjualan dengan iklan diwaktu yang akan datang denngan melihat hubungan yang telah ada antara kedua variable tesebut.
  
Table 6.1. hubungan antara penjualan dengan iklan.
Penjualan (Y) (jutaan Rp)

15
20
14
16
25
20
20
23
14
22
18
18


Iklan (X)
 (ribuan Rp)

9
19
11
14
23
12
12
22
7
13
15
17


XY

135
380
154
224
575
240
240
506
98
286
270
306


X2

81
361
121
196
529
144
144
484
49
169
225
289


Y2

225
400
196
256
625
400
400
529
196
484
324
324


  
Jadi
Y  = a + b X
     = Rp. 10,5831 + Rp. 0.5632X
Bila direncanakan biaya Rp. 10 untuk iklan pada tahun berikutnya, maka penjualan akan sebesar:
Y = Rp. 10,5831 + Rp. 0,5632 (10)
    = Rp. 16,2151 atau Rp. 16,2 juta
Teknik programasi linear. Perusahaan XYZ diatas memproduksi dua produk A dan B. kedua produk diproses pada bagaian perakitan dan penyelesaian. Data untuk kedua produk tersebut tertera pada Tabel 6.2. masalah: berapa A dan B diproduksi agar keuntungan maksimum? 

Tabel 6.2 data untuk produk A dan B

Proses
Produk

Jam tersedian
A
B
Perakitan
2
4
100
Penyelesaian
3
2
90
Sumbangan pada



Keuntungan SK / satuan
Rp. 25
Rp. 40


Penyelesaian dengan program linear:
Maksimum SK = Rp. 25 A + Rp. 40 B
Dibatasi oleh
Proses perakitan      2A + 4B ≤ 100
Proses penyelesaian 3A + 2B ≤ 90
                                                A, B ≥ 0
Selanjutnya
            2A + 4B = 100                                                            3A + 2B = 90
Bila      A = 0; B = 25                                                  Bila      A = 0; B = 45
Bila      B = 0; A = 50                                                  Bila      B = 0; A = 30


  
Titik B diperoleh dengan
            2A + 4B = 100
            3A + 2B = 90
           
            2A + 4B = 100
            6A + 4B = 180
             -4B        = -80
            A            = 20
            40 + 4B  = 100
            4B       = 60
            B         =  15
Yang layak adalah hanya titi-titik.
a (0B, 30A)                             c (25B, 0A)
b (15B, 201)                            d (0B, 0A) tak akan dipilih


Yang bila dimasukan pada 25A + 40B.
Kombinasi       c 25(30) + 40(0)          = Rp.750
                        a 25(20) + 40(15)        = Rp.1100
                        c 25(0) + 40(25)          = Rp.1000

ternyata kombinasi b yang dipilih, yaitu berproduksi B 15 dan A 20 lah yang memiliki keuntungan maksimum
Analisis impas atau “Break Even”.

Jadi bila biaya tetap Rp.1000.000,- penjualan Rp.10.000.000,- dan biaya variabel Rp.2.000.000,- maka.
BErp          =                         = Rp.1.250.000
                                    Rp.10.000.000                                                                    
Apabila harga barang diketahui Rp.100.00/unit dan biaya variabel Rp.20.00/unit, maka.
BEest        =                           = Rp.12.500 unit
            Bila penjualan Rp.1.250.000 atau 12.500 unit akan menguntungkan. Diketahui penjualan Rp.10.000 jadi untung dihindari jangan sampai penjualan dibawah Rp.1.250.000 atau 12.500 unit karena merugikan.
            Jumlah pesanan ekonomis. Dipakai untuk merencanakan jumlah bahan mentah yang harus dipesan sehingga biaya persediaan minimum. Rumus:

            Misalkan perusahaan XYZ membeli bahan dengan harga Rp.4.000/per satuan dari leveransi. Diperlukan sebanyak 6.400 satuan selama setahun. Biaya modal sekitar Rp.16%, sedangkan sewa, asuransi dan pajak setiap satuan Rp.160. biaya pesan Rp.10.000. Biaya simpan tiap satuan Rp.160 + 16% (Rp.4.000) = Rp.800.000
 Jadi biaya persediaan total
            = Rp.800.000 ( ) + Rp.10.000.000 ( )
            = Rp.160.000 + Rp.160.000
            = Rp.320.000,-
Atau dengan rumus biaya persediaan total:
Diperoleh Rp.320.000 pula (yang minimum). Banyaknya pesanan optimal:  adalah 16 kali.
Titik pesan kembali tergantung pada “lead time”, misalnya 1 minggu. Jadi ada 50 minggu dalam setahun sehingga titik pesan kembali adalah
1 minggu X  = 128 satuan.
Jadi bila tingkat persediaan menurun sampai 128 satuan perlu dilakukan pemesanan lagi. Semua ini masuk dalam rencana perusahaan.
            Kurve pengalaman. Apabila suatu tugas dilakukan berulang kali maka dengan berlanjutnya proses, waktu yang diperlukan untuk pengerjaan satu satuan barang makin berkurang. Bila tingkat pengurangan itu 20%, maka terdapat kurve pengalaman 80%. Tabel 6.3 menggambarkan hubungan yang ada pada kurve pengalaman 80% itu. Dengan bertambahnya secara ganda jumlah produksi, waktu rata-rata yang diperlukan untuk setiap unit berkurang dengan 20% dari waktu sebelumnya.
Tabel 6.3 kurve pengalaman 80%
Jumlah
(dalam satuan)
Waktu
(dalam jam )
Tiap kelompok
Barang
Kumulatif
Kumulatif
Total
Waktu rata-rata
Tiap unit
15
15
600
40
15
30
960
32 = (40) (0.80)
20
60
1.536
25.6 = (32) (0.80)
60
120
2.460
25.5 = (25.6) (0.80)

Perusahaan XYZ memproduksi produk bergantung pada kurve pengalaman 80%. Perusahaan tersebut baru saja memproduksi 50 unit dengan 100 jam tiap unit. Biaya dalam ribuan sbb:
            Bahan @ Rp. 8.00                              Rp. 1.000.00
            Biaya tenaga kerja
                  Langsung 100 jam @ Rp. 8.00     Rp.    800.00
                  Beban 100 jam @ Rp. 2.00          Rp.     200.00
                                                                      Rp.  2.000.00
            Perusahaan baru menerima kontrak lagi sebesar 50 unit. Manajemen menginginkan “mark up” 50%.
            Jumlah             waktu total (dalam jam)          waktu rata-rata (tiap unit)
             50 unit                        100                                          2 jam
            100 unit                       160                                          1.6 (80% x 2 jam)

50 unit yang baru memerlukan 60 jam saja. Jadi :
            Bahan @ Rp. 20.00                                        Rp. 1.000.00
            Tenaga kerja
                        Langsung 60 jam @ Rp. 8.00              Rp.    480.00
                        Beban 60 jam @ Rp. 2.00                   Rp.    120.00
                                                                                    Rp. 1.600.00
            “mark up” 50%                                                Rp.    800.00
                        Harga kontrak                                       Rp. 2.400.00
           
Kalau kurve tidak memperhatikan harga kontrak adalah Rp. 2.000.00 + mark up 50% (Rp. 2.000.00) adalah Rp. 3.000.00. Mungkin perusahaan akan dikalahkan pesaing. Padalah Rp. 2.400.00 termasuk “mark up”.
            Teknik alokasi atau pembebanan tugas. Kita akan meminimumkan waktu kerja sehingga diusahakan adanya alokasi karyawan.

Tabel 6.4 waktu karyawan tertentu mengerjakan tugas tertentu

Waktu, menit
Karyawan

I
II
III
IV


Tugas
A
70
50
50
60
B
30
30
90
110
C
30
10
20
60
D
50
20
70
60
 Tahap (1) untuk setiap baris kurangkan angka terkecil dari nilai seluruh baris.

I
II
III
IV
A
20
0
0
10
B
0
0
60
80
C
20
0
10
50
D
30
0
50
40
     
 Tahap (2) kurangkan angka terkeci pada kolom yg belum ada nilai 0.

I
II
III
IV
A
20
0
0
0
B
0
0
60
710
C
20
0
10
40
D
30
0
50
30
Tahap (3) buat garis meliputi nilai 0 pada tabel. Apabila jumlahnya sama dengan banyaknya baris atau kolom (matriks) n maka alokasi optima dapat.
            a. berupa alokasi untuk setiap baris, dengan menghilangkan nilai 0 pada kolom sama.
            b. ulangi untuk setiap kolom hingga setiap tugas dialokasikan pada karyawan. 

I
II
III
IV
A
20
0
0
0
B
0
0
60
70
C
20
0
10
40
D
30
0
50
30
 Minimum baris 4, jadi belum ada penyelesaian optimal.
Tahap (4) minimum niali 4 makan perlu nilai 0 dengan mengidentifikasi angka yang belum diberi garis, dan nilai yang belum diberi garis ditambahkan pada nilai perpotongan garis.

I
II
III
IV
           A

20

10

0

            0
B


0

10

60

70
C

10

0
    
              0

30
D

20
           
             0

40

20

 Disini banyaknya garis = 4, penyelesaiannya optimal.
Jadi tugas        A dialokasikan pada IV          60 menit
                        B dialokasikan pada I                         30 menit
                        C dialokasikan pada III          20 menit
                        D dialokasikan pada II           20 menit
                                                Total                130 menit (minimum).

            Teknik anggaran itu bermacam-macam. Ada anggaran penjualan, produksi, bahan, tenaga kerja, beban tetap, aktiva tetap, laba, dll.
            Perusahaan XXYZ berminat untuk mengganti mesin-mesinnya. Biaya yang dihemat pada aliran kas masuk selama 6 tahun, yaitu:
            Tahun              Aliran kas masuk
            1                      Rp. 10.000.000.00
            2                      Rp. 20.000.000.00
            3                      Rp. 30.000.000.00
            4                      Rp. 30.000.000.00
            5                      Rp. 40.000.000.00
            6                      Rp. 50.000.000.00
Aliran kas awal terdiri dari
            Harga beli mesin baru             Rp. 86.000.000.00
            Biaya pemasangan                  Rp.   3.000.000.00
            Harga jua mesin lama              Rp.   1.000.000.00

                        Investasi awal                         Rp. 90.000.000.00

BAB VII
MERENCANAKAN PADA SITUASI PENUH RESIKO DAN KETIDAKPASTIAAN.

PENGANTAR
Perencanaan pada situasi penuh resiko bertalian dengan kebutuhan informasi yang memungkinkan kita menyediakan probabilitas untuk berbagai kemungkinan situasi. Informasi ini berupa catatan masa lalu atau intuisi subyektif para pengambil keputusan.

KRITERIA KEPUTUSAN PADA SITUASI PENUH RESIKO
            Kriteria pengambilan keputusan pada situasi penuh resiko (dengan probabilitas diketahui) itu sebenarnya terdiri atas:
1. cakrawala rencana dibatasi (n = 40 dijadikan n = 20 saja)
2. analisis kepekaan (n = 5 saja, n = 20 terlalu jauh)
3. penilaian sekarang
4. nilai harapan
5. setara kepastian
6. guna yang diharapkan
7. kriteria rasionalitas (bila informasi tak cukup probabilitas kejadian sama)
8. kriteria kemungkinan maksimum (dipilih probabilitas kejadian tertinggi)
Butir 4. Yaitu kriteria nilai harapan. Contoh, seorang pedagang eceran membeli barang X seharga Rp. 5.000.00 perkotak dan menjualnya dengan harga Rp. 8.000.00 perkotak, pengamatan selama 90 hari memberikan informasi tiap hari.
 
Tabel 7.1 banyaknya kotak yang terjua selama 90
Penjualan/hari
Frekuensi hari
barang terjual
Probabilitas
10
18
0.20 (= )
11
36
0.40 (= )
12
27
0.30 (= )
13
9
0.10 (= )

90
1.00

Bila diambil keputusan mengadakan persediaan dalam jumah-jumlah tertentu untuk melayani kemungkinana penjualan tertentu.

Tabel 7.2 keuntungan kondisional
Kemungkinana penjualan (kotak)
Pengadaan persediaan

10 kotak
11 kotak
12 kotak
13 kotak
10
10 x Rp. 8.000.00 – 10 x Rp. 3.000.00 = Rp. 50.000.00
10 x Rp. 8.000.00 – 11 x Rp. 3.000.00 = Rp. 47.000.00
10 x Rp. 8.000.00 - 12 x Rp. 3.000.00 = Rp. 44.000.00
10 x Rp. 8.000.00 – 13 x Rp. 3.000.00 = Rp. 41.000.00
11
10 x Rp. 8.000.00 – 10 x Rp. 3.000.00 = Rp. 50.000.00
11 x Rp. 8.000.00 -11 x Rp. 3.000.00 = Rp. 55.000.00
11 x Rp. 8.000.00 – 12 x Rp. 52.000.00
11 x Rp. 8.000.00 – 13 x Rp. 3.000.00 = Rp 49.000.00
12
10 x Rp. 8.000.00 – 10 x Rp. 8.000.00 = Rp. 50.000.00
Rp. 55.000.00**)
12 x Rp. 8.000.00 – 12 x Rp. 3.000.00 = Rp. 60.000.00
12 x Rp. 8.000.00 – 13 x Rp. 3.000.00 = Rp. 57.000.00
13
10 x Rp. 8.000.00 – 10 x Rp. 3.000.00 = Rp. 50.000.00
Rp. 55.000.00**)
Rp. 60.000.00***)
13 x Rp. 8.000.00 – 13 x Rp 3.000.00 = Rp. 65.000.00


Catatan :
 *) walau 11, 12,13 kotak, pengecer hanya dapat menjual 10 kotak
**) walau penjualan 12, 13 kotak, pengencer hanya dapat menjual 11 kotak
***) walau penjual 13 kotak, pengecer hanya dapat menjual 12 kotak. 
Keuntungan yang diharapkan dengan dihitung, seperti terlihat daam Tabel 7.3a bila persediaan 10 kotak, Tabel 7.3b bila persediaan 13 kotak. Pengecer lebih baik mengadakan persediaan sebanyak 12 kotak karena keuntungannya (harapan) terbesar.

Tabel 7.3a keuntungan harapan dengan persediaan sebanyak 10 kotak
Penjualan
Keuntungan kondisional
probabilitas
Keuntungan yang diharapkan
10
Rp. 50.000.00
X 0.20
= Rp. 100.000.00
11
Rp. 50.000.00
X 0.40
= Rp. 20.000.00
12
Rp. 50.000.00
X 0.30
= Rp. 15.000.00
13
Rp. 50.000.00
X 0.10
= Rp. 5.000.00


1.00
Rp. 50.000.00

Tabel 7.3b keuntungan harapandengan persediaan sebanyak 11 kotak
Penjualan
Keuntungan kondisional
probabilitas
Keuntungan yang diharapkan
10
Rp. 47.000.00
X 0.20
= Rp. 9.400.00
11
Rp. 55.000.00
X 0.40
= Rp. 22.000.00
12
Rp. 55.000.00
X 0.30
= Rp. 16.500.00
13
Rp. 55.000.00
X 0.10
= Rp. 5.500.00



Rp. 53.400.00

Tabe 7.3c keuntungan harapan dengan persediaan sebanyak 12 kotak
Penjualan
Keuntungan kondisional
probabilitas
Keuntungan yang diharapkan
10
Rp. 44.000.00
X 0.20
= Rp. 8.800.00
11
Rp. 52.000.00
X 0.40
= Rp. 20.800.00
12
Rp. 60.000.00
X 0.30
= Rp. 18.000.00
13
Rp. 60.000.00
X 0.10
= Rp. 6.000.00



Rp. 53.600.00

Tabel 7.3d keuntungan harapan dengan persediaan sebanyak 13 kotak
Penjualan
Keuntungan kondisional
probabilitas
Keuntungan yang diharapkan
10
Rp. 41.000.00
X 0.20
= Rp. 8.800.00
11
Rp. 49.000.00
X 0.40
= Rp. 19.600.00
12
Rp. 57.000.00
X 0.30
= Rp. 17.100.00
13
Rp. 65.000.00
X 0.10
= Rp. 6.500.00



Rp. 51.400.00

KRITERIA KEPUTUSAN PADA SITUASI KETIDAKPASTIAN
            Dimana probabilitas kejadian tidak diketahui, dan ditentukan secara subyektif.mempunyai 5 pedoman, yaitu:
1. Pedoman bayes
2. Pedoman maksimin
3. Pedoman maksimaks
4. Pedoman hurwicz
5. Pedoman penyesalan minimaks
            Diketahui matriks hasil seperti tertera pada Tabe 7.4, dimana terdapat hasil dari berbagai alternatif, maka dapat diuraikan berbagai pedoman yang dikemukakan.

Tabel 7.4 matriks hasil

Alternatif
Hasil
H1
H2
H3
A1
Rp. 12.00
Rp. 6.00
Rp. 24.00
A2
Rp. 36.00
Rp. 12.00
Rp. 48.00
A3
Rp. 3.00
Rp. 60.00
Rp. 30.00

            Berdasarkan pedoman  Bayes, tentukan secara subyektif probabilitas setiap hasil, karena ada 3 alternatif, maka dibagi rata masing-masing , sehingga.
E(A1) = (12) + (-6) + (24) = Rp. 10.00
E(A2) = (36) + (12) + (48) = Rp. 32.00
E(A3) = (-3) + (60) + (30) = Rp. 29.00
Alternatif A2 yang dipilih, karna memberikan hasil Rp. 32.00
Berdasarkan pedoman maksimin ditentukan hasil yang terburuk dari ketiga alternatif: A1 Rp. 6.00; A2  Rp. 12.00 dan A3 Rp. 3.00. Dipilih alternatif denga hasi minimum tertinggi E (A2), yaitu Rp. 12.00 akan aternatif A2 . ini disebut strategi konservatif pesimistik.
Ditentuka terlebih dahulu hasil maksimum alternatif: A1 Rp. 24.00; A2 Rp. 48.00 dan A3 Rp. 60.00. Kemudian dipilih alternatif maksimum tertinggi: E (A3) tanpa memungkinkan memperoleh Rp. 3.00. ini disebut strattegi spekulatif optimistik.  
Berdasarkan pedoman Hurwicz, ditentukan faktor timbangan  =  pada hasil minimum setiap alternatif, dan  = untuk hasil maksimum.
E(A1) =  (-6) + (24) = Rp. 14.00
E(A2) =  (12) + (48) = Rp. 36.00
E(A3) = (-3) + (60)  = Rp. 39.00
Jelas dipilih alternatif A3 sebagai strategi yang optimistik.
            Dilihat harga ganti keputusan yang salah. Dari matrtiks asli dibuat matriks “penyesalan”. Seperti tabel dibawah ini.
Tabel 7.5 matriks “penyesalan”
Matriks Hasil


 A1
      A2
A3




H1
H2
H3
H1
H2
H3
A1
12
-6
24
24
66*
24
A2
36
12
48
0
48*
0
A3
-3
60
30
39*
0
18

            Maka dipilih baris yang mengandung rugi maksimum terkeci dan diberi tanda bintang. Kemudian dipilih sttrategi meminimumkan rugi maksimum, sehingga alternatif A3 lah yang dipilih dengan rugi.
  
Tabel 7.6 rekapituasi pemilihan alternatif pada situasi ketidakpastian
Pedoman
Alternatif yang dipilih
1. Bayes
A2
2. Maksimin
A2
3. Maksimaks
A3
4. Hurwicz
A3
5. Penyesalan minimaks
A3

            Manajemen memilih alternatif A3 sebagai strategi menghadapi situasi ketidakpastiaan ini. Strategi ini kemudian dimasukan dalam rencana yang dibuatnya. 

Sumber Buku : Buku Perencanaan dan Organisasi Perusahaan, Prof. Dr, Sukanto Reksohadiprodjo,M,Com
            
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar